Kamis, 11 September 2014

CERPEN

Judul pos:
Aku memandang langit yang memerah menandakan matahari terbenam di ufuk barat. Kembali terbayang kisah-kisah kebersamaan bersama Gerry, teman sejati. Teman yang memberi banyak perhatian. Bisa dibilang, ia adalah sahabat sejatiku. Tapi semuanya berubah drastis ketika Gerry memilih yang lain dan meninggalkanku.
“Sedih sekali…” gumamku sambil membayangkan banyak petualangan yang terjadi bersama Gerry. Ia cewek tomboy tapi selalu perhatian dengan sahabatnya. Bahkan, ia selalu mendukung aku apa pun masalah yang menimpa diriku. Tapi sekarang semua telah berubah.
“Hey kenapa di situ?” tegur seseorang. Aku berbalik.
“Ada apa?” tanyaku.
“Tidak. Kamu sangat aneh di sini. Sedang apa?” tanya lelaki itu.
“Sedang berpikir. Memikirkan seseorang.” Jawabku.
“Siapa?” tanya lelaki tak di kenal itu.
“Ah… kamu enggak perlu tahu!” jawabku.
“Aku mengganggu ya?” tanya lelaki itu. Ia tersenyum menatapku sekian lama. “Namaku Michael.”
“Namaku Renata. Aku… aku sedang memikirkan sahabatku, Gerry.” Jawabku pada akhirnya. “Sudah, aku mau pulang saja!” aku berlari cepat ke rumah. Michael menghadang jalanku.
“Apa lagi?” tanyaku.
“Ha ha ha… sudah. Maksudku, aku tidak mau kamu sedih. Gerry cewek yang paling hebat. Menurutku. Ia sangat berani dan memiliki jiwa petualang yang sangat tinggi.” Jawab Michael. Aku terbelalak.
“Dari mana kamu tahu?” tanyaku.
“Aku sahabatnya sebelum kamu!” jawab Michael.
Aku terkejut. Tapi hanya sebentar. Setelah itu aku berjalan cepat meninggalkan Michael. Lelaki itu telah memanggil namaku berulang kali. Tapi aku tidak mau mendengar-nya. Aku rasa, Gerry bukan lagi sahabat sejati. Ia bukan sosok istimewa. Ia telah bergonta-ganti sahabat. Itu di belakangku. Aku tahu ia cewek istimewa. Tapi ia sudah membuat sahabatnya bersedih. Ia sudah lama seperti ini! Tiba-tiba Michael menghadangku kembali.
“Apa?!?” tanyaku cukup keras memecahkan sore itu.
“Aku minta kamu mengerti. Sahabat tidak meninggalkan sahabat. Itu bukan sahabat sejati. Menurutku sahabat sejati itu tidak gonta-ganti sahabat dan sahabat sejati itu berteman dengan siapa saja. Tapi tidak meninggalkan teman sebelumnya.” Jawab Michael.
Aku diam. Air mata membasahi pipi. “Aku bukan sahabat Gerry. Ia jahat!” kataku akhirnya.
“Kalau memang kamu merasa Gerry jahat, bagaimana aku?” tanya Michael. Lelaki itu tampak lucu dengan kaos biru dan celana jeans coklat dengan motif kotak-kotak samar. Rambut hitamnya yang lurus dan matanya yang kecoklatan tampak seperti boneka Ken yang menjadi salah satu tokoh di film Barbie.
Aku terkejut dengan pertanyaannya. Aku memalingkan wajah dari Michael. Aku berbalik dan hendak berlari meninggalkan Michael untuk kedua kalinya. Tapi tidak jadi. Tangannya yang kuat memegang tanganku. Rasanya Michael tiga tahun lebih dewasa dari usianya yang baru 11 tahun ini.
“Iya. Menurutku, aku tidak perlu sedih lagi. Sudah ah! Aku mau pergi! Lepaskan aku! Biarkan aku sendiri!” aku berlari meninggalkan Michael. Lalu suasana hening. Michael tidak berteriak memanggilku.
BRUK!!!
“Ahh!” aku bangkit. “Aduh…” aku mengusap-usap siku tanganku yang lecet akibat bertabrakan dengan seseorang. “Siapa sih ka…” aku tidak meneruskan kata-kataku.
“Hai! Sudah lama kita tidak bertemu!” …dan orang itu adalah Gerry! Aku menatapnya lekat dengan sikap kesal. Lalu meninggalkannya tanpa mengatakan apa pun.
Sret!!!
Tangan dingin terulur menangkap lengan kecilku. Aku sudah sering merasakan tangan-tangan dingin itu. Itu adalah tangan kepunyaan Gerry. Tangan yang penuh berisi petualangan-petualangan dengan banyak sahabatnya selama ini.
“Apa lagi? Sudah cukup kamu membuat aku bersedih seperti ini!” ujarku.
“Kamu pasti tahu siapa Michael? Ia telah melupakan masa gelap sebelum aku dan kamu bersahabat kan?” tanya Gerry.
“Aku mengenal Michael. Ya seperti mengenal seorang teman. Aku sudah tahu ia bersahabat dengan kamu sebelum aku dan ia telah melupakan masa gelapnya ditinggal sama kamu….” jawabku.
“Aku memang bukan tipe kamu Rena. Tapi sudah waktunya untuk kamu seperti Michael. Karena aku tidak memilih kamu ataupun Michael tapi aku memilih untuk….”
“Untuk berteman dengan Jessica kan?! Sudah aku sudah tahu! Aku minta untuk kita tidak bersahabat lagi. Sekarang aku tidak mau lagi berteman dengan tukang bohong kayak kamu! Sudah waktunya untuk kita berpisah selama-lamanya! Aku minta kamu jauh dari aku! Aku mau pergi dulu!” aku berlalu sambil menarik tanganku dari Gerry.
“Renata! Renata! Aku tidak bermaksud seperti yang kamu pikirkan! Aku hanya…”
“Ah sudah Gerry! Pasti pada akhirnya Jessica juga tidak mau berteman dengan kamu! Dasar tukang bohong!” tiba-tiba Michael datang dan mencaci Gerry. Gerry kehabisan kata-kata. Ia sudah terjatuh. Dan sekarang ikatan persahabatan kita telah putus. Semua kisah-kisah kebersamaan yang sudah kami lalui bersama menguap bagaikan embun pagi hari yang mencapai siang. Aku dan Gerry telah berpisah untuk selama-lamanya.
SELESAI


 http://cerpenmu.com/cerpen-persahabatan/bukan-lagi-sahabat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar